Jakarta --- Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal mengatakan, konsep rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) memang tidak sederhana. Saat ini Kementerian Pendidikan Nasional telah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan RSBI. "Ada empat hal yang menjadi fokus evaluasi," ujar Wakil Menteri Fasli ketika berbicara dalam Simposium RSBI, yang diselenggarakan British Council, di Hotel Atlet Century, Senayan, Rabu (09/03). Simposium dihadiri para praktisi pendidikan dari berbagai organisasi.
Wamendiknas menjelaskan, fokus pertama adalah mengevaluasi tata cara penerimaan murid yang akan masuk sekolah berlabel RSBI. Kedua, penentuan biaya pendidikannya. "Yang ketiga, kualitas dari sumber daya manusianya, baik guru maupun sekolah, dan yang keempat, mutu keberhasilan dari tujuan sekolah untuk menaikkan mutu sekolahnya," ujarnya.
Dari empat hal yang dievaluasi tersebut, penentuan biaya merupakan hal yang terberat. Wamendiknas berharap, minimal 20% dari total siswa yang bersekolah di RSBI, berasal dari keluarga yang tidak mampu, namun memiliki kemampuan akademik yang baik. "Kalau dia tidak mampu benar, selain dibebaskan dari berbagai biaya, perlu diberi beasiswa seperti Bidik Misi (program beasiswa untuk warga miskin)," ucapnya.
RSBI merupakan salah satu amanat UU Sistem Pendidikan Nasional, dan akan diperjelas dalam Peraturan Menteri. "Secepatnya Permen itu akan dikeluarkan," janjinya.
Penyelenggaraan RSBI dilakukan dengan tujuan, supaya jenjang satuan pendidikan di tiap kabupaten/kota memiliki Sekolah Berstandar Internasional (SBI), yang bisa menjadi rujukan oleh sekolah sekitarnya. "Ini masih berupa rintisan, makanya namanya RSBI. Masih jauh untuk mencapai SBI. Namun kita akan dukung terus bagi sekolah yang ingin maju," ucap Fasli. (lian)
0 komentar:
Posting Komentar